CAHAYA POKER AGEN POKER ONLINE TERPERCAYA

Kamis, 16 Januari 2020

Ketika Rudal Iran Menghantam, Cerita Saat Amerika Kehilangan Mata di Langit Irak

Ketika Rudal Iran Menghantam, Cerita Saat Amerika Kehilangan Mata di Langit Irak

Tak lama setelah rudal Iran menghantam pangkalan militer Ain Al-Assad, Irak, pekan lalu, tentara AS yang berada di kompleks militer itu kehilangan kontak dengan peralatan tempur canggih dan super mahal yang mereka miliki: drone. AGEN DOMINO QQ

Ketika Iran meluncurkan rudalnya pukul 01.35 8 Januari lalu, militer AS menerbangkan tujuh drone di langit Irak untuk memantau kondisi pangkalan militer yang menampung tentara AS dan koalisi di Irak.

Drone-drone itu termasuk MQ-1C Gray Eagles, pesawat nirawak canggih yang bisa terbang non-stop selama 27 jam dan mampu membawa hingga empat rudal Hellfire.

"Kami mengira akan terjadi perang darat jadi kami sudah siapkan drone di udara," kata salah satu pilot drone, Sersan Costin Herwig, 26 tahun, seperti dilansir laman AFP, Rabu (15/1).

Herwig menerbangkan drone Gray Eagle ketika rudal pertama Iran menghantam pangkalan militer itu sebagai balasan atas pembunuhan Panglima Garda Revolusi Qassim Sulaimani yang ditembak rudal AS di Bandara Internasional Baghdad.

Kian Mencekam

Sekitar 1.500 tentara AS lainnya sudah mengamankan diri di sejumlah bunker selama dua jam setelah mendapat pemberitahuan dari atasan mereka. BANDAR Q

Namun sebanyak 14 pilot drone berada di ruang kokpit untuk mengendalikan pergerakan drone dan memantau keadaan sekeliling dengan kamera canggih mereka.

Hantaman rudal pertama Iran menerbangkan debu ke udara dan melingkupi tempat para pilot itu berlindung, kata Herwig kepada AFP ketika pasukan koalisi mengundang wartawan untuk melihat kondisi di pangkalan Ain Al-Assad.

Setelah keadaan kian mencekam. Herwig mengaku dia sudah dalam keadaan "menerima takdir".

"Kami menyangka nasib kami sudah tamat," kata dia.

Tapi keadaan yang terburuk masih belum terjadi.

Harganya Rp95 miliar

Serangan rudal Iran yang menurut tentara terjadi selama sekitar 3 jam membuat pangkalan militer Ain Al- Assad porak-poranda hingga ke pojokan dengan ruang operasional pilot.

"Kurang dari semenit setelah rudal terakhir menghantam, saya bergegas menuju bunker jauh di belakang dan melihat bagaimana api menjalar ke seluruh kabel fiber," kata Sersan Wesley Kilpatrick.

Jaringan kabel itu menghubungkan tampilan virtual kokpit ke antena kemudian satelit yang mengirimkan sinyal ke drone Gray Eagles yang kemudian menampilkan gambar di layar di pangkalan Ain Al Assad.

"Ketika kabel fiber terbakar, sudah tidak ada lagi kendali," kata Kilpatrick.

Tentara AS sudah tidak bisa lagi mengetahui di mana posisi drone mereka dan buta keadaan sekitar di udara dan di darat.

Jika sebuah drone ditembak jatuh, misalnya, tim pilot AS di Ain Al Assad tidak akan tahu apa-apa.

"Memang jadi masalah besar karena drone itu sangat mahal dan banyak informasi data di pesawat nirawak itu yang kita tidak mau orang lain tahu atau mendapatkannya," kata Herwig.

Sebuah drone Gray Eagle berharga sekitar USD 7 juta atau setara Rp95 miliar, menurut anggaran militer 2019.

Izin Terbang Sudah Kedaluwarsa
Drone semacam itu sudah dipakai di Irak sejak 2017 oleh pasukan koalisi untuk melawan ISIS.

Pasukan koalisi harus mendapat izin lebih dahulu dari pemerintah Irak untuk menerbangkan drone atau pesawat tapi izin itu bisa sudah kedaluwarsa beberapa hari sebelum Iran meluncurkan rudal.

Tapi militer AS tetap mempertahankan drone itu di udara, kata pejabat senior AS kepada wartawan, beberapa bulan setelah serangan roket ke pangkalan militer Irak yang menampung tentara AS.

Ketika rudal Iran menghancurkan pangkalan Ain Al Assad para pilot itu bergegas masuk ke dalam bunker. Tapi setelah dentuman berakhir, mereka segera keluar lagi dan berpacu dengan waktu untuk mendapatkan sinyal drone kembali supaya mereka bisa menemukan dan mendaratkan Gray Eagles.

Berpacu dengan Waktu
Saat malam menjelang, mereka berusaha mengganti kabel fiber sepanjang 500 meter yang sudah meleleh dan kembali memprogram satelit untuk kembali terhubung dengan drone.

Rudal Iran menyebabkan lubang besar di landasan pacu pangkalan militer Ain Al Assad dan menara kontrol juga kosong. AGEN POKER ONLINE

"Landasan pacu ditutup jadi kami harus mendaratkan drone tanpa orang lain tahu. Kami tidak tahu di mana drone-drone itu. Itu bagian yang paling menegangkan," kata Herwig.

Prioritas utama adalah mendaratkan Grey Eagle yang sebelumnya sudah dijadwalkan mendarat ketika serangan rudal dimulai. Grey Eagle tetap mengudara sampai bahan bakar mulai menipis.

Para pilot bergegas mendarat setiap drone satu per satu. Adrenalin mereka terpacu di saat tentara lain mulai memulihkan diri dan mendata kerusakan.

Sekitar pukul 09.00 drone terakhir berhasil didaratkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Banner

Popular Posts

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

CAHAYA : Hantu Korban Tertabrak Kereta Api

Malam ini gw akan cerita pengalaman waktu kecil, terjadi pada pertengahan tahun 90an, waktu itu gw masih kelas empat SD. Walaupun peristiwan...

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © CAHAYA BERITA 88 | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com